sistem kapitalisme sekulerlah yang harus disalahkan atas keterpurukan yang menimpa umat muslim di seluruh dunia hari ini. Sistem kapitalisme yang menjadikan umat muslim tersekat nation state, tercerai berai, dan tak mampu saling menolong.
Oleh Reni Rosmawati
Pegiat Literasi Islam Kafah
Beritakan.my.id- OPINI - Idul Fitri adalah momen yang membahagiakan bagi umat muslim. Karena ia merupakan hari kemenangan atas kesuksesan menahan hawa nafsu dan menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Sayangnya, hari ini kebahagiaan tersebut belum dirasakan oleh semua umat Islam di berbagai penjuru dunia. Di Palestina umat muslim masih terus berhadapan dengan penjajahan Zionis yang kejam dan semakin brutal tak mengenal belas kasihan. Bahkan, di hari raya Idul Fitri kaum laknat tersebut kembali melakukan serangan serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza Selatan dan Jabilia di Gaza Utara. Serangan ini menewaskan sedikitnya 9 orang warga Palestina, termasuk 5 anak di dalamnya. (Tempo.co, 30/3/2025)
Begitu pun dengan kaum muslim di Rohingya. Mereka terpaksa merayakan Idul Fitri dalam keadaan terusir, terlunta-lunta, bahkan terkatung-katung di lautan disebabkan tidak memiliki kewarganegaraan. Tahun ini genap 8 tahun mereka merayakan Idul Fitri di kamp pengungsian dengan keadaan serba terbatas. Hal sama juga dirasakan umat muslim belahan dunia lainnya seperti India, Uighur, bahkan di negeri ini sendiri yang kerap mengalami diskriminasi.
Kebahagiaan Umat Muslim Belum Sempurna
Realita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belumlah sempurna. Karena sebagian umat Islam khususnya Palestina dan Rohingya masih dalam kesengsaraan. Nyawa mereka terancam setiap saat, baik sebelum Ramadan, ketika Ramadan, dan selepasnya.
Tentu, keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Nestapa mereka adalah nestapa seluruh umat Islam. Sebab sejatinya umat muslim laksana satu tubuh yang apabila ada salah satu anggotanya yang sakit maka seluruhnya turut merasakan pesakitan yang sama.
Karena itu, wajib bagi kaum muslimin untuk segera mengangkat senjata dan bahu membahu menolong saudara seakidahnya. Walaupun memang hal tersebut saat ini amatlah sulit dilakukan, karena meskipun jumlah umat muslim banyak, namun mereka bak buih di lautan. Mereka tercerai berai akibat tidak mempunyai junnah (perisai).
Sejatinya, penderitaan yang menimpa umat muslim dimulai sejak runtuhnya negara Islam yakni Daulah Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924. Sejak saat itu, umat muslim di seluruh penjuru dunia seperti anak ayam kehilangan induknya yang tak tahu arah dan tujuan hidup. Umat terus-menerus dihujani berbagai rentetan penderitaan dan kesengsaraan yang menyiksa mereka lahir dan batin. Sebab sistem kapitalisme sekuler yang menggantikan sistem Islam telah melahirkan pemikiran-pemikiran nasionalisme yang menjadikan umat hanya fokus mementingkan keadaan dirinya dan mencintai negerinya. Sedangkan tujuan hidupnya hanya meraih kesenangan bersifat duniawi, sehingga mereka jadi condong mencintai dunia dan takut mati.
Dari itu, sistem kapitalisme sekulerlah yang harus disalahkan atas keterpurukan yang menimpa umat muslim di seluruh dunia hari ini. Sistem kapitalisme yang menjadikan umat muslim tersekat nation state, tercerai berai, dan tak mampu saling menolong.
Wajib Kembali pada Khilafah
Sungguh, umat butuh perisai dalam menyelesaikan semua masalah yang mendera ini. Namun tentu bukan kapitalisme rujukan dan sandarannya. Umat membutuhkan sistem Islam khilafah agar terbebas dari cengkeraman penjajah. Karena hanya dalam institusi Daulah Khilafah Islamiyyah umat akan dapat bersatu dalam satu ikatan akidah Islam.
Melalui khilafah syariat Islam akan diterapkan secara kafah (menyeluruh) dan jihad fii sabilillah akan ditegakan untuk membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah. Khilafah akan mengerahkan dan mengkomandoi seluruh tentara baik reguler maupun cadangan agar segera membebaskan saudaranya dari pendudukan.
Umat muslim pun tak akan tersekat nation state ketika ingin segera membantu saudaranya yang teraniaya. Sementara jiwa mereka dipenuhi ruh Islam yang mana hidup dan matinya hanya untuk Islam, sehingga tidak cinta dunia dan takut mati. Apalagi dalam Islam jihad hukumnya fardu (wajib). Firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 190: “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian….”
Di sisi lain, khilafah juga tidak akan pernah mau kompromi dengan negara-negara kafir penjajah maupun lembaga internasional yang pro pada mereka. Khilafah tidak akan terikat dengan perjanjian atau pun solusi-solusi yang diprakarsai oleh Barat. Itu karena khilafah merupakan negara independen yang tidak disetir negara lain. Pembebasan Palestina, Rohingya, dan negara muslim lainnya yang terjajah akan menjadi agenda utamanya.
Sungguh, hanya khilafahlah satu-satunya perisai hakiki bagi kaum muslim. Dari sisi keimanan, Islam adalah sistem yang sahih dari Allah Swt. yang jika diterapkan secara sempurna, niscaya akan membawa kebaikan, rahmat, dan rida Allah. Sementara dari sisi sejarah, khilafah sudah terbukti selama 14 abad mampu mengantarkan umat pada peradaban gemilang dengan kemajuan serta kesejahteraan yang luar biasa.
Khilafah pun menjadi satu-satunya garda terdepan pelindung umat. Salah satu buktinya ketika di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid ll saat Palestina hendak dibeli oleh seorang Yahudi bernama Theodor Herzl, sang Khalifah menolak tegas dan menyatakan selama dirinya hidup tak akan melepaskan tanah Palestina walau sejengkal.
Demikianlah ketegasan pemimpin Islam dalam melindungi umatnya. Maka dari itu, penegakan Daulah Khilafah Islamiyyah adalah wajib dan harus menjadi agenda utama umat. Umat harus berjuang mengembalikan khilafah dimulai dengan terus mengikuti kajian Islam kafah, bergabung dengan jamaahnya, lalu menyerukan Islam kafah ke tengah umat sehingga terbangun kesadaran akan wajibnya menegakkan syari'at Islam secara sempurna.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.