Membangun Mental Generasi Sehat, Butuh Penerapan Syariat

Admin Beritanusaindo
0


Oleh Umi Lia

Member Akademi Menulis Kreatif


Beritakan.my.id - OPINI - Mengejutkan sekali, ada jutaan remaja di Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan mental yang serius. Indonesia National Adolescent Mental Health Survey 2024 menemukan fakta bahwa 34,9% atau sekitar 15,5 juta pemuda, mentalnya sedang tidak sehat. Fenomena ini menjadi perhatian nasional yang harus segera ditangani, begitu yang disampaikan Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN), Isyana Bagoes Oka pada acara Simposium dan Konsolidasi Nasional Pemimpin Muda Hindu di Tangerang Selatan, 14/2. Selain itu Isyana juga menyinggung masalah childfree yang semakin berkembang di kalangan generasi muda. Mereka merasa takut untuk menikah atau memilih tidak mempunyai anak, angkanya 72 ribu atau 8,2% perempuan yang tidak mau hamil. (Disway.id, 16/2/2025)


Banyaknya remaja yang terkena penyakit mental hingga childfree menunjukkan gagalnya negara membina generasi. Harapan Indonesia Emas 2045 nyaris mustahil terwujud jika kondisi ini terus dibiarkan. Kalaupun ada solusi hanya bersifat pragmatis yang hanya melihat masalah dari permukaan. Jika ditelisik secara mendalam munculnya permasalahan ini menandakan sistem kehidupan sekarang itu batil. Saat ini negara secara sadar menerapkan sistem kapitalisme sekuler yang berdampak mewarnai rusaknya kehidupan dalam berbagai aspek.


Akibat penerapan ekonomi kapitalisme, SDA yang harusnya dikelola negara justru dikuasai korporasi. Hal itu menyebabkan rakyat tidak bisa merasakan kesejahteraan. Selain itu penguasa juga abai dalam menjamin ketersediaan lapangan kerja sehingga banyak angkatan kerja yang menganggur dan kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan). Hal ini memunculkan tekanan bagi mental generasi. Dampak lain yang sistemik adalah kehidupan remaja jadi sangat materialistik. Kebahagiaan dinilai dengan banyaknya materi yang diraih seperti prestasi, uang, kecantikan, popularitas dan lain-lain. Bagi yang tidak sanggup memenuhinya menambah tekanan baru. 


Sementara di bidang pendidikan, sistem sekuler kapitalis saat ini melahirkan remaja yang berperilaku liberal karena agama dipisahkan dari kehidupan. Durasi pelajaran ajaran Islam di sekolah sangat pendek dan model pembelajarannya juga tidak dapat menggugah akal dan hati. Sehingga tidak bisa membentuk benteng iman dan takwa. Di sisi lain pengasuhan di keluarga dan dukungan masyarakat kurang optimal. Karena orangtua yang sibuk bekerja dan sikap individualis yang merajalela. Itu semua mengakibatkan tidak adanya perlindungan bagi mental generasi sehingga rentan mengalami gangguan.


Dengan demikian sistem sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini benar-benar rusak dan merusak mental generasi muda. Remaja gagal memahami penyelesaian sahih atas segala persoalan kehidupannya. Karena itu masalah gangguan mental dan childfree tidak bisa disolusikan dengan sosialisasi pragmatis seperti berbagai penyuluhan, melalui duta, yang tidak membekas. Yang seharusnya dilakukan adalah perubahan mendasar pada sistem kehidupan. Generasi harus hidup dalam suasana yang benar agar mereka bisa kembali kepada fitrahnya sebagai pemuda yang hidup hanya untuk pengabdi pada Tuhannya. Itulah ideologi yang tidak lain adalah Islam.


Kehidupan di bawah naungan sistem Islam membuat manusia termasuk generasi muda memahami tujuan hidupnya di dunia ini, yaitu hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Maka segala aktivitas mereka tidak akan pernah lepas dari syariat. Sebagai penguasa yang diamanahi mengurus umat akan menerapkan sistem ekonomi Islam sehingga mampu menyejahterakan umat. Negara secara umum mengkondisikan seluruh masyarakatnya mudah mengakses lapangan kerja. Bagi yang tidak mampu bekerja akan mendapatkan subsidi secara permanen. Seperti itulah penguasa seperti sabda Rasul saw: 

"Imam/khalifah adalah raa'in (pengurus) rakyat, dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR Bukhari)


Di bidang pendidikan, negara atau penguasa sangat bertanggungjawab agar output yang dihasilkan memiliki kepribadian Islam. Yaitu pola sikap dan pola pikirnya disandarkan pada Islam bukan yang lain. Sehingga mampu menyelesaikan masalah hidupnya dengan tetap bergantung pada Allah Swt. Mampu menyeleksi paham yang bukan berasal dari Islam seperti materialisme, liberalisme, juga cildfree. Seluruh rakyat termasuk para remaja benar-benar merasakan negara hadir mengedukasi mereka sekaligus mengayomi dan memberikan perlindungan. 


Sejarah kejayaan Islam telah mencatat tingginya peradaban Islam hingga mampu mencetak generasi mudanya yang luar biasa. Ketinggian ilmunya, ketaatannya, bahkan mampu menghantarkan bangsanya pada puncak kegemilangan. Yang mampu bertahan hingga 13 abad lamanya. Sebut saja Muhammad Ali Fatih, dalam usia muda mampu menaklukkan Konstantinopel. 


Kesimpulannya sistem kapitalisme sekular adalah sistem yang menciptakan sakitnya mental generasi. Karena agama tidak dijadikan sebagai landasan untuk pengaturan dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya sistem Islam yang mampu mewujudkannya, bahkan para pemuda akan siap meneruskan estafet peradaban Islam untuk mewujudkan bisyarah Rasulullah saw. menjadi penakluk kota Roma.

Wallahu a'lam bish shawab.

Editor: Rens

Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)