Oleh Nina Nurhasanah
Aktivis Dakwah
Beritakan.my.id - OPINI - Latar biru peringatan darurat dengan logo Garuda mewarnai jagat maya dengan kurun waktu belum setahun lamanya, tetapi lambang itu kembali mewarnai jagat maya dengan latar warna hitam. Pergantian warna ini menunjukkan bahwa keadaan Indonesia lebih suram, Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan publik semakin khawatir dengan nasib tanah air saat ini, terlebih melihat kondisi ekonomi dan perpolitikan yang sudah tidak menentu.
Tagar #IndonesiaGelap mengangkat beberapa isu, diantaranya kisruh elpiji 3 kg, Reformasi Polri, Program Makan Bergizi Gratis (MBG), masalah pendidikan, kesehatan, pemangkasan anggaran untuk program sosial, serta lapangan pekerjaan. Tagar #IndonesiaGelap merupakan bagian dari aksi masyarakat yang bergema di media sosial. Aksi tersebut kemudian dilanjutkan dengan aksi demo bertajuk Indonesia Gelap, pada Senin (17/2/2025), serentak di lebih dari 10 wilayah, yang di ikuti oleh para mahasiswa dari mulai Universitas Indonesia (UI), Universitas Tulang Bawang (UTB) Lampung, hingga Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA).
Pada pukul 09.00 WIB para mahasiswa kampus almamater kuning ini berkumpul di lapangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, mereka menyampaikan lima tuntutan. Beberapa dari tuntutannya yakni mencabut Instruksi Presiden (Inpres) nomor 1 tahun 2025, di mana presiden telah menetapkan pemangkasan anggaran yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, dan mencabut pasal dalam rancangan undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (RUU MINERBA), yang kemungkinan pertambangan dikelola oleh perguruan tinggi guna terjaganya independensi akademik.
Tagar #IndonesiaGelap sebenarnya sudah cukup menggambarkan keruwetan negeri ini yang seperti tidak ada jalan keluar. Namun para penguasa dan pejabat negara menunjukkan sikap kurang bijak saat mendapatkan kritik dari masyarakat dan justru mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menambah kekesalan masyarakat, hingga muncul diksi "Indonesia Gelap". Maka dari itu, diperlukan sebuah kepemimpinan yang paham akan prioritas dan bisa bersikap lebih bijaksana.
Perlu di pikirkan oleh para mahasiswa apakah persoalan-persoalan yang ada merupakan akar masalah atau hanya cabang dari suatu masalah yang lebih besar?
Menurut cendekiawan muslim, Ustadz Ismail Yusanto (UIY), fakta yang ada sekarang adalah percikan-percikan dari akar persoalan yang lebih besar. Misalnya, ketidakadilan hukum karena hukum menjadi alat kepentingan politik. Ini merupakan sebab adanya hegemoni penguasa terhadap dunia hukum. Penguasa tidak lagi berfungsi sebagai penjaga negara dan penjaga konstitusi.
UIY juga menjelaskan, sebabnya penguasa tersebut terlalu banyak memberikan konsesi kepada berbagai pihak untuk kemenangan konstelasi politik yang bersangkutan, baik ditingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Akibatnya, penguasa tidak bisa bersikap tegas. Dari sini jelas terlihat demokrasi transaksional yang menjadi akar dari persoalannya dan ini sangat berbahaya. Di mana yang berkuasa bukan lagi rakyat tetapi pemilik modal.
Maka dari itu mahasiswa seharusnya menggugat ke arah akar masalah atau ideologis yaitu demokrasi transaksional. Karena yang ada saat ini bukanlah kedaulatan rakyat, dan justru kedaulatan rakyat itu sendiri yang memang invalid sejak awal.
Dari sini kita harus lebih menekankan bahwa semestinya manusia harus tunduk kepada sesuatu yang superlatif atau yang lebih tinggi darinya. Dari sini peran Islam sangat besar dan dunia sangat membutuhkannya.
Wallahu a'lam bish shawaab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.