![]() |
Ilustrasi. Antara News |
Sejatinya, setiap muslim laksana satu tubuh, yang mana harus turut merasakan sakit jika ada anggota tubuh lainnya yang terluka. Karena setiap muslim diikat oleh persaudaraan berdasarkan iman dan Islam. Semestinya kedua hal itu mampu menjadi alasan terkuat untuk memberikan pertolongan semaksimal mungkin Kepada Palestina. Namun penerapan sistem menjadi penghalangnya.
Oleh: Reni Rosmawati
Pegiat Literasi Islam Kafah
Beritakan.my.id-OPINI- Kebiadaban Israel terhadap umat muslim Palestina memang tak ada habisnya. Bahkan di bulan Ramadan yang mulia pun mereka tidak pernah absen melancarkan aksi kejinya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ramadan tahun ini ibadah umat muslim di Masjid Al-Aqsa dibatasi dengan dalih keamanan. Pihak berwenang di sana hanya membolehkan 10.000 umat muslim beribadah Masjid Al-Aqsa dan hanya usia lansia yang boleh memasuki area kompleks masjid. (Sindonews, 4/3/2025)
Tak puas dengan itu, Selasa (18/3/2025) dini hari, kaum laknat tersebut melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan melakukan serangan besar-besaran di jalur Gaza hingga menewaskan 330 orang. Pemerintah Israel berdalih hal tersebut dilakukan karena Hamas berulang kali menolak melepaskan sandra. (CNN Indonesia, 19/3/2025)
Palestina Membutuhkan Kita, Jangan Diam Saja!
Dari fakta di atas tampak jelas betapa negara Zionis Yahudi merupakan bangsa yang selalu ingkar. Kesepakatan gencatan senjata mereka langgar, dengan alasan tidak masuk akal. Hal itu juga mengonfirmasikan bahwa gencatan senjata tak memberikan pengaruh signifikan bagi Palestina, selain hanya solusi sesaat saja. Karena tetap saja Palestina masih dalam kendali AS bersama agen setianya, yakni Zionis Yahudi untuk merebut dan menguasai wilayah Al-Quds dan sekitarnya. Muslim Palestina masih dikontrol secara penuh oleh Zionis tanpa terkecuali.
Karena itu, umat muslim di seluruh dunia tidak boleh diam saja menyaksikan hal ini. Karena hakikatnya semua umat muslim adalah satu kesatuan, diikat oleh ikatan akidah Islam. Kejahatan zionis yang dibekingi AS tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ramadan semestinya digunakan oleh seluruh umat muslim di dunia untuk menguatkan azzam (tekad) dalam perjuangan melenyapkan penjajahan dan mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah Palestina.
Namun, tentunya umat Islam tidak boleh lagi berharap pada solusi Barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian yang digaungkannya. Umat pun tidak bisa terus menunggu para penguasa negeri-negeri muslim melakukan aksi nyata membebaskan Palestina. Karena faktanya negeri-negeri muslim telah didikte Barat melalui sistem kapitalisme dengan paham nasionalisme yang diembannya.
Paham nasionalisme telah menjadikan penguasa muslim lebih mencintai negerinya. Mereka hanya fokus memprioritaskan kepentingan ekonomi serta politik negerinya, daripada memedulikan nasib warga Palestina. Dikarenakan tidak menyangkut warganya, maka persoalan Palestina hanya dipandang masalah kemanusiaan, bukan masalah bersama yang harus dihadapi dan diselesaikan. Itulah mengapa selama ini mereka hanya mengutuk dan mengecam tanpa melakukan aksi nyata seperti mengirimkan para tentara.
Parahnya, kapitalisme telah menimbulkan perpecahan di antara kaum muslim. Kapitalisme telah membuat sesama muslim tersekat nation state, dan mematikan makna persaudaraan berdasarkan ikatan akidah Islam. Sedangkan hidup di dunia dipandang hanya untuk bersenang-senang dan meraih kebahagiaan, bukan untuk mengemban Islam. Alhasil, dunia jadi tidak berdaya untuk mengenyahkan penjajahan Zionis Yahudi atas Palestina.
Padahal sejatinya setiap muslim laksana satu tubuh, yang mana harus turut merasakan sakit jika ada anggota tubuh lainnya yang terluka. Karena setiap muslim diikat oleh persaudaraan berdasarkan iman dan Islam. Semestinya kedua hal itu mampu menjadi alasan terkuat untuk memberikan pertolongan semaksimal mungkin.
Untuk saat ini umat muslim bisa menempuh beberapa cara sebagai aksi nyata untuk membantu Palestina, antara lain; terus melakukan aksi boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Zionis; terus menyuarakan bahwa Zionis penjajah dan muhariban fi'lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang; umat harus terus mendorong para penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukannya; terus mengikuti kajian Islam kafah dan membongkar kebusukan sistem kapitalisme yang merupakan biang kerok persoalan Palestina; menyerukan urgensi jihad akbar dan penegakan syariat Islam dalam institusi Daulah Khilafah. Sehingga terbentuk opini umum di masyarakat tentang wajibnya melakukan kedua hal tersebut. Karena hanya jihad dan khilafahlah solusi efektif dan solutif bagi Palestina.
Jihad dan Khilafah Solusi Nyata Bagi Palestina
Sungguh, hanya dengan penegakkan kembali sistem Islam khilafah masalah Palestina akan dapat diselesaikan. Kenapa demikian? Itu karena hanya khilafahlah pelindung umat. Hanya dalam khilafah pula umat muslim berada dalam satu kesatuan wilayah, tidak tersekat nasionalisme dan nation state seperti dalam sistem kapitalisme. Sehingga umat muslim tidak ada penghalang untuk segera menolong saudaranya.
Sistem Islam (khilafah) memiliki beberapa mekanisme komprehensif dalam mengatasi penjajah, antara lain; Pertama, Islam melarang berdamai/bersahabat dengan entitas yang menerangi umat muslim. Negara Islam pun akan memantau kafir harbi fi'lan yaitu warga negara kafir yang terlibat peperangan dan memusuhi kaum muslim.
Berkenaan dengan ini Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Mumtahanah ayat 9: “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan teman orang-orang yang mengusir kalian dari negeri kalian. Siapa saja yang menjadikannya sebagai teman, maka ia termasuk golongan yang zalim.”
Kedua, syariat Islam mewajibkan jihad fii sabilillah ketika kaum muslim diperangi musuh. Firman Allah Swt.: “Dan perangilah mereka (yang memerangimu) di manapun kamu jumpai. Dan usirlah mereka dari tempat tempat mereka mengusirmu….” (QS. Al-Baqarah: 191)
Ketiga, Islam dan syari'atnya ketika diterapkan secara sempurna, maka akan mampu mengembalikan haibah (kewibawaan kaum muslimin). Sejarah mencatat hal ini, sepanjang Islam berdiri hampir 1400 tahun, umat muslim di seluruh dunia benar-benar disegani oleh musuh-musuh Islam. Itu dikarenakan Islam meniscayakan pemimpin negara sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (penjaga) bagi rakyatnya.
Sebagai contoh yang terjadi di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid ll. Kala itu Palestina dijaga sekuat tenaga, meskipun seorang Yahudi bernama Theodor Herzl menawarkan sejumlah uang untuk membelinya, namun Sang Khalifah menolak hal itu dan mengecam perbuatan yang dilakukan Herzl. Perlakuan serupa juga diberikan Khalifah Mu'tashim Billah kepada rakyatnya yang berada di luar negara Islam. Beliau mengirimkan pasukannya yang panjang barisannya dari Baghdad hingga Amuria (Asia kecil), tatkala mendengar ada seorang warganya yang dilecehkan.
Demikianlah syariat Islam dalam menyelesaikan penjajahan atas kaum muslimin. Karena itu mendirikan Khilafah merupakan qadliyah mashiriyah (problem penting) yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. Dari itu dibutuhkan dakwah yang dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan wajibnya menegakkan khilafah dan berjuang bersama untuk mewujudkannya dan menyerukan jihad ke Palestina.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.