![]() |
Ilustrasi: Poskota |
Oleh Dini Azra
Pegiat Literasi Islam Kafah
Beritakan.my.id - OPINI - Tagar #KaburAjaDulu belakangan ramai di sejumlah media sosial, salah satunya di X (Twiter). Salah satunya di X (twitter). Bahkan tagar tersebut sempat menjadi trending topik dan masih diperbincangkan hingga sekarang. Di dalam postingan tersebut muncul beragam untuk pindah ke negara lain. Baik melalui jalur beasiswa pendidikan, lowongan pekerjaan dan hal lainnya. Warganet juga memberikan rekomendasi beberapa negara yang bisa dijadikan tujuan diantaranya Jerman, Jepang, Amerika hingga Australia. Maraknya ajakan kabur ke luar negeri ini konon dipicu atas kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah Indonesia, yang dianggap tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi generasi muda.
Ketiadaan jaminan masa depan pagi pemuda membuat mereka terpaksa memilih meninggalkan negara, untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Maraknya tagar ini tak bisa dianggap sebelah mata. Sebab ini adalah bentuk nyata kekecewaan masyarakat atas berbagai permasalahan di Indonesia. Lapangan kerja yang sempit dengan persyaratan rumit. Harus ada pengalaman kerja, batasan usia, penampilan menarik dan harus bersaing dengan mereka yang memiliki koneksi alias orang dalam. Penentu diterima kerja tidak bergantung pada hasil uji kompetensi tapi seberapa kuat koneksi. Terkadang harus memberikan uang jaminan untuk bekerja di instansi maupun perusahaan.
Para orangtua membiayai anaknya sekolah menghabiskan ratusan juta, setelah bekerja hanya digaji Upah Minimum Regional (UMR) bahkan bisa di bawahnya. Sementara harga kebutuhan makin tinggi, gaji yang diterima hanya cukup untuk kebutuhan dasar saja. Untuk membeli rumah dan kendaraan pun sulit diwujudkan oleh generasi muda hari ini. Maka, wajar jika mereka tergoda dengan tawaran kerja ke luar negeri yang lebih menghargai kerja keras mereka. Dan memang sudah banyak pekerja imigran yang berhasil. Mampu meningkatkan taraf hidup keluarga yang ditinggalkan. Bahkan, banyak pula yang memutuskan untuk menetap pindah kewarganegaraan.
Munculnya tagar #Kaburajadulu ini terkait dengan fenomena brain drain. Brain drain adalah istilah yang merujuk pada migrasi tenaga kerja terampil, berpendidikan, atau profesional dari suatu negara ke negara lain yang menawarkan peluang lebih baik, seperti gaji lebih tinggi, kondisi kerja lebih baik, atau lingkungan penelitian yang lebih maju. Fenomena ini sering terjadi di negara berkembang, di mana individu berbakat pindah ke negara maju untuk mendapatkan peluang karier yang lebih baik. Akibatnya, negara asal mengalami kekurangan sumber daya manusia berkualitas, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi.
Sangat disayangkan, di saat pemerintah optimis akan menyongsong generasi Indonesia emas, realitanya malah generasi Indonesia sedang dilanda cemas. Melihat fenomena ini semestinya pemerintah juga ikut cemas. Sebab hal ini pasti berdampak besar bagi negara berkembang seperti Indonesia. Diantaranya, negara akan kehilangan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten seperti tenaga ahli di bidang sains, teknologi, kesehatan dan teknik. Kurangnya tenaga profesional bisa menghambat inovasi dan pembangunan. Sektor industri dan teknologi akan menurun. Pelayanan kesehatan dan publik juga ikut menurut karena kehilangan tenaga kerja yang kompeten. Begitu pula dengan kualitas pendidikan karena kurangnya para akademisi dan peneliti. Maka akan terjadi ketimpangan pembangunan di kota-kota besar dan negara maju akan semakin maju. Sedangkan negara yang ditinggalkan akan semakin tertinggal karena kurangnya inovasi dan investasi SDM.
Idealnya generasi muda diberikan kemudahan dan peluang untuk belajar hingga ke luar negeri. Kemudian kembali dengan membawa ilmu dan keahliannya untuk berkontribusi di negara sendiri. Namun, ketidakmampuan pemerintah dalam memberikan penghargaan dan kesejahteraan bagi mereka menjadikan mereka enggan untuk kembali. Cinta tanah air tetapi tidak memperoleh kesejahteraan dan penghidupan yang layak di negeri sendiri.
Semua ini terjadi karena mindset kapitalis yang sudah tertanam dalam sistem kehidupan hari ini. Negara hanya berfikir untuk mencari keuntungan dari rakyat dengan menarik pajak di segala sektor. Akan tetapi kurang memberikan pelayanan terhadap urusan rakyat seperti memberikan lapangan pekerjaan yang cukup, mendorong dunia usaha yang bisa menyerap tenaga kerja. Bukan malah membebani mereka dengan persyaratan yang rumit, bayar setoran ini itu bahkan sebelum usahanya berjalan. Masyarakat pun akhirnya tergiur dengan tawaran kerja di negara lain yang lebih menjanjikan secara materi.
Pemerintah haruslah berbenah dan menyadari bahwa ada yang salah dalam mengelola negara selama ini. Jangan hanya menyalahkan dan mempertanyakan nasionalisme rakyatnya saja. Jika ingin mewujudkan generasi emas di masa depan, berikanlah pendidikan murah dan berkualitas. Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan tinggi. Selain itu perbanyak lapangan pekerjaan, berikan gaji yang sepadan dengan kemampuan, terutama bagi tenaga profesional. Ciptakan lingkungan riset dan inovasi yang kompetitif, mendukung penuh inovasi anak bangsa untuk berkembang agar talenta tetap bertahan.
Dalam sistem pemerintahan Islam fenomena #Kaburajadulu dipastikan tidak akan terjadi. Sebab, dalam sistem Islam fungsi negara adalah sebagai perisai dan pelindung rakyat. Khalifah dan pembantunya akan mendedikasikan diri untuk melayani umat, menjamin kebutuhan mereka akan pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. Negara tidak akan mengambil keuntungan dari rakyat melainkan memberikan yang terbaik untuk rakyat. Mengurus segala urusan rakyat dengan aturan agama. Sebab itulah amanah yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khalifah akan memberikan pendidikan layak bagi seluruh rakyat secara gratis. Para pelajar akan diberikan pendidikan berbasis akidah dan ilmu agama yang lengkap. Selain itu negara juga akan memberikan fasilitas untuk perkembangan sains dan teknologi, mendorong para pelajar untuk mengembangkan diri sesuai bakat yang dimiliki. Dengan begitu akan selalu muncul generasi unggul yang fakih dalam ilmu keagamaan dan ahli di bidang sains dan teknologi, kesehatan maupun akademisi.
Selain itu negara juga akan menjamin tersedianya lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki yang sudah balig dan memberikan upah yang sepadan dengan keahlian dan pekerjaannya. Jika diperlukan negara juga bisa mendatangkan ahli dari luar daulah untuk bekerja di bidang yang membutuhkan keahliannya. Semua itu bukan ilusi, sebab negara memiliki sumber-sumber pendapatan yang pasti. Salah satunya dari sumberdaya alam yang dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kepentingan umat.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.