Ahmad bin Fadlan, seorang utusan terkemuka dari Daulah Abbasiyah, telah ditugaskan untuk mengemban misi suci ke negeri yang jauh, Bulgaria Volga, di wilayah Rusia masa kini. Ia dipilih sebagai sosok yang akan mengajarkan dasar-dasar keislaman kepada rakyat Kerajaan Saqaliba, sebuah tugas mulia yang membawanya melintasi daratan dan lautan. Sepanjang perjalanannya, Fadlan dengan teliti mencatat setiap pengalaman dan pengamatannya tentang kehidupan masyarakat, budaya, dan adat istiadat di Volga Bulgaria.
Catatan-catatan tersebut kemudian dikenal sebagai “Risalah Ahmad bin Fadlan” atau “Risalah Ibn Fadlan”, sebuah karya yang menjadi saksi bisu perjumpaan antara dunia Islam dan Eropa pada abad ke-10.Biografi Sang Penjelajah: Ahmad bin Fadlan
Ahmad bin Fadlan lahir di Baghdad, Irak, sekitar tahun 920 M. Baghdad, sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa keemasan Kekhalifahan Abbasiyah, telah membentuknya menjadi seorang yang cerdas, berwawasan luas, dan penuh rasa ingin tahu. Ia dikenal sebagai seorang penulis yang piawai dan penjelajah ulung yang tak kenal takut. Pada awal tahun 920-an, Fadlan memulai perjalanan bersejarahnya ke Eropa, tepatnya ke wilayah Bulgaria Volga di Rusia.
Tugasnya sebagai utusan bukan sekadar misi diplomatis, melainkan juga misi spiritual. Fadlan ditugaskan sebagai penasihat agama dan pengajar hukum Islam bagi orang-orang Bulgar yang baru memeluk Islam. Dengan tekad yang kuat, ia berangkat dari Baghdad bersama rombongannya, menempuh rute karavan menuju Bukhara, yang kini menjadi wilayah Uzbekistan. Namun, alih-alih mengikuti rute biasa, Fadlan dan rombongannya memilih berbelok ke utara, melintasi wilayah yang kini menjadi timur laut Iran.
Perjalanan mereka pun membawa mereka ke tanah bangsa Turki, termasuk bangsa Khazar, yang pada abad sebelumnya telah memeluk Yudaisme. Setelah menempuh perjalanan panjang yang penuh liku, Fadlan dan rombongannya akhirnya tiba di Volga Bulgaria pada tanggal 12 Mei 992 M. Kedatangan mereka disambut dengan upacara resmi, di mana Fadlan membacakan surat dari Khalifah Abbasiyah kepada Khan Bulgaria. Suara lantangnya menggema di hadapan para pemimpin dan rakyat Bulgar, menandakan awal dari hubungan baru antara dua peradaban.
Catatan Perjalanan yang Abadi
Selama tinggal di Volga Bulgaria, Fadlan tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai utusan, tetapi juga menjadi pengamat yang cermat. Ia menuliskan segala hal yang ia lihat dan alami, mulai dari adat istiadat masyarakat setempat hingga ritual-ritual unik yang belum pernah ia temui sebelumnya. Salah satu catatannya yang paling terkenal adalah penggambaran tentang upacara penguburan kapal untuk seorang kepala suku Viking.
Fadlan menceritakan dengan detail bagaimana jenazah kepala suku tersebut diletakkan di dalam kapal, dikelilingi oleh harta benda dan hewan kurban, sebelum kapal itu dibakar dalam sebuah ritual megah. Catatan ini tidak hanya menjadi sumber sejarah yang berharga, tetapi juga sebuah karya sastra yang memukau, menggambarkan pertemuan antara budaya Islam dan tradisi Viking dengan gaya penulisan yang indah dan penuh makna.
Warisan yang Tak Terlupakan
“Risalah Ahmad bin Fadlan” tidak hanya menjadi dokumen sejarah, tetapi juga sebuah mahakarya sastra yang mengabadikan perjalanan seorang utusan yang berani melintasi batas-batas geografis dan budaya. Melalui tulisannya, Fadlan telah membuka jendela bagi generasi berikutnya untuk memahami kehidupan di Volga Bulgaria pada abad ke-10. Karyanya menjadi bukti nyata bahwa perjumpaan antara peradaban dapat melahirkan pemahaman, penghargaan, dan warisan pengetahuan yang abadi.
Ahmad bin Fadlan, sang penjelajah dari Baghdad, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah. Ia bukan hanya seorang utusan, tetapi juga seorang pencerita yang mampu mengubah catatan perjalanan menjadi karya sastra yang memukau. Kisahnya mengingatkan kita akan kekuatan kata-kata dan pentingnya memahami perbedaan budaya sebagai jalan menuju persatuan umat manusia.