Ilustrasi: detikNews |
Kaum muslimin perlu menengok pada api sejarah yang pernah berkobar dalam hal pembebasan negeri Palestina. Sebagaimana yang dilakukan oleh Salahudin Al-Ayubi yang memiliki tekad yang kuat untuk membebaskan Al-Aqsha yang pada saat itu sedang dalam genggaman tentara salib. Hal yang pertama ia lakukan adalah menyatukan kaum muslimin yang saat itu sedang terbagi menjadi beberapa kekhalifahan.
Oleh Yulia
Pegiat Pena Banua
Beritakan.my.id - OPINI - Sebuah seruan yang menyita perhatian semua pihak terjadi pada saat forum konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11. Pada kesempatan itu Presiden Prabowo Subianto memberikan pidato yang isi pidatonya tersebut dinilai sebagai teguran kepada negara-negara muslim untuk terus membela Palestina. Pidato tersebut disampaikan secara terbuka dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 Developing Eight Countries (D8), di Kairo, Mesir, Kamis, 19 Desember 2024.
Namun bukannya dapat dukungan penuh, sebagian delegasi beberapa negara melakukan walkout ketika Presiden Prabowo memberikan pidatonya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa ada sebagian delegasi yang kontroversi dengan apa yang disampaikan oleh beliau. (RMOL.id, /26/12/24)
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Smith, ia mengatakan: "Hanya saja terkesan Prabowo menggurui dan abai bahwa sesungguhnya seluruh negara Islam, khususnya negara-negara Timur Tengah, termasuk Turki, Iran, dan Mesir, sudah cukup keras mengecam Israel."Tidak semua yang disampaikan oleh Presiden Prabowo dapat dibenarkan menurutnya karena ada beberapa fakta yang mungkin tidak beliau soroti. (Media Indonesia.com,/26/12/24).
Tanggapan yang berbeda diberikan oleh Ketua Yayasan Universitas Jayabaya Moestar Putra Jaya Moeslim yang justru memuji pidato Presiden Prabowo Subianto di KTT D-8 di Kairo, Mesir terkait Palestina. Moestar menilai, pidato Prabowo sebagai pesan mendalam tentang pentingnya persatuan dan kekuatan negara-negara Muslim untuk memberikan dukungan nyata kepada Palestina. Ia mendukung penuh apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo karena hal yang belum dapat dilakukan oleh kaum muslimin adalah bersatu untuk Palestina. (Merdeka.com,/26/12/24).
Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah Indonesia dalam hal memberikan dukungan kepada kemerdekaan Palestina. Namun amat disayangkan jika pendapat itu sekedar disampaikan tidak ada lanjutan dari tindakan negara-negara muslim untuk mengupayakan hal tersebut.
Persatuan kaum muslimin di dalam sistem sekuler kapitalis dilengkapi dengan sekat nasionalisme adalah hal yang mustahil. Karena hal tersebut adalah benteng besar yang menghalangi persatuan kaum muslimin. Sehingga tidak mungkin merealisasikan sebuah persatuan jika masih menggunakan sistem kehidupan sekuler kapitalis ala Barat yang dibumbui dengan berbagai rasa sehingga membuat negara-negara muslim merasakan keamanan dan kenyamanan walaupun ada saudara senimannya sedang dibantai. Bahkan tak heran jika yang dilakukan oleh negeri-negeri muslim saat ini hanyalah kecaman yang tidak memberikan efek yang berarti pada Israel penjajah.
Kaum muslimin perlu menengok pada api sejarah yang pernah berkobar dalam hal pembebasan negeri Palestina. Sebagaimana yang dilakukan oleh Salahudin Al-Ayubi yang memiliki tekad yang kuat untuk membebaskan Al-Aqsha yang pada saat itu sedang dalam genggaman tentara salib. Hal yang pertama ia lakukan adalah menyatukan kaum muslimin yang saat itu sedang terbagi menjadi beberapa kekhalifahan.
Sehingga kota Damaskus yang pertama ia rangkul diiringi dengan wilayah Mesir yang bergabung dan memberikan kepercayaan kepada Salahudin Al-Ayub untuk memimpin pembebasan Al-Aqsha. Kaum muslimin berada dalam satu komando sehingga memudahkan menyamakan tujuan dari sebuah peradaban.
Maka jika kita telisik bagaimana keadaan kaum muslimin yang tersekat nasionalisme. Membutuhkan pemikiran dan tenaga yang penuh agar terwujudnya satu kepemimpinan yang memiliki satu tujuan.
Persatuan kaum muslimin tidak akan bisa terjadi tanpa adanya perubahan yang hakiki dalam sistem kehidupan ini. Maka sebelum perubahan secara sistem perlu dilakukan penyadaran pemikiran umat muslim terkait dengan pentingnya perubahan sistem kehidupan. Dan menyadarkan kaum muslimin bahwa persatuan hanya dapat dilakukan dengan kepemimpinan Islam dalam sistem pemerintahan Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Menerapkan semua hukum-hukum Allah secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
Dengan demikian persatuan kaum muslimin menjadi satu kekuatan yang akan menjadi ketakutan Israel dan juga pendukungnya. Bala tentara akan dapat dikirim dari berbagai penjuru dunia untuk membantu para pejuang di Palestina.
Semua perjuangan itu harus dilakukan dengan sabar dan membutuhkan orang-orang yang mukhlis agar mencapai tujuan yang hakiki yaitu berdirinya Khilafah Islamiyah yang telah menjadi kabar gembira dari Rasulullah untuk kaum muslimin. Serta menyambut janji Allah bahwa akan datang pertolongan Allah kepada kaum muslimin yang sedang melakukan perjuangan tanpa menyerah.
Allah Swt. berfirman yang artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat.” (QS An-Nashr [110]: 1–3)
Wallahu a'lam bi ash-shawwab. [Rens]
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.