Oleh Amira Fitriyah
Dari beberapa artikel, penanggalan masehi ditetapkan oleh Paus Gregorius XIII yang bukan dari Islam. Lantas, mengapa mayoritas kaum muslim merayakan hari tersebut? Ini adalah pertanyaan yang mencakup sebagian isi topik pembahasan.
Banyak ulama telah menyuarakan pendapat bahwa merayakan tahun baru masih adalah sebuah keharaman. Islam tidak memperkenankan umatnya merayakan tahun baru Masehi. Hal tersebut adalah acara ritual bagi kaum Nasrani. Sehingga dari pandangan penulis, perayaan tahun baru ini dapat merusak akidah seorang muslim.
Sayangnya, banyak kaum muslim sekarang yang merayakan tahun baru dengan berkumpul, bermain kembang api, meniupkan terompet, makan-makan, dan sebagainya.
Bukankah hal itu menyerupai kaum Nasrani dan Yahudi?
Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka."
Fakta bahwa mereka kaum muslim yang merayakan tahun baru hanyalah aksi percontohan dari kebiasaan kafir. Mereka melakukan tanpa mencari tahu asal hukum dari aksi tersebut. Kaum muslim sekarang telah mengalami keterpurukan serta kegelapan. Ini disebabkan karena kaum muslim sudah jauh dari syariat Islam. Sehingga, ini adalah salah satu bentuk kemenangan kaum kafir atas kaum muslim.
Tak hanya itu, fenomena merayakan tahub baru adalah akibat dari aksi Fomo yang dilakukan kaum muslim. Membuat mereka sendiri jatuh dalam jurang kegelapan, sehingga sulit untuk dirinya menemukan jalan keluar. Misalnya, mereka yang telah terlena dalam kemaksiatan saat diingatkan justru merespons dengan caci makian terhadap si pengingat.
Solusi yang tepat untuk masalah kaum muslim sekarang, hanya bisa dilakukan dengan negara yang bersistem Islam itu sendiri. Sistem yang digunakan sekarang sangat mempengaruhi terjadinya pembelokan dari arah Islam. Sehingga, jalan satu-satunya adalah berdakwah dan saling mengingatkan untuk membangun kejayaan Islam kembali.
Tidak terbayang begitu indahnya negara yang dibawah naungan Islam. Kemungkaran takkan dibiarkan terjadi didalamnya. Negara yang beranggapan mereka adalah satu tubuh, dimana saat bagian yang lain terluka maka seluruh bagian negara yang lain terluka.
Komunikasi adalah kunci dari sebuah hubungan. Maka, harus ada komunikasi antar kaum muslim untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Sehingga, diperlukannya dakwah agar bisa meraih kemenangan, kesetiaan, kekompakan, dan sebagainya. Kita semua harus bersatu padu menyuarakan kebenaran yang hakiki.
Penulis lebih senang apabila banyak orang tersadar akan keterpurukan Islam. Setelah itu, saling mengayomi agar bisa sekuat pertahanan negara kaum muslim di masa lalu. Kaum muslim dapat bersatu padu tanpa ada yang membelot, jika tetap teguh pada syariat Islam. Sehingga, aksi Fomo yang dilakukan pemuda sekarang ini tidak ada lagi. Pemuda tidak lagi berkumpul ataupun berfoya-foya melainkan berkumpul untuk mengaji, belajar, berlatih, dan sebagainya yang berfokus pada peningkatan potensi diri agar bermanfaat pada negara.
Akan lebih menarik dan menyenangkan apabila kita mengisi malam-malam setelah tahun baru dengan memperbanyak ibadah dan amalan amalan untuk menyambut bulan Rajab. Mari dengan bersama kita wujudkan malam-malam yang dirindukan oleh Allah Swt. Dimana hambanya yang berlomba lomba untuk meraih rida-Nya.
Wallahu'alam bishawab. []