Palestina Berdarah, Sampai kapan?

Goresan Pena Dakwah
0


ilustrasi Free Palestina ( pinterest)

Oleh Yulia Pegiat Pena Banua


Beritakan.my.id, Opini, Lebih dari satu tahun namun genosida ini belum bisa dihentikan. Hal ini menunjukkan bahwa hukum internasional memiliki standar ganda dalam membela tanah yang terjajah. 


Zionis Israel bertambah brutal dalam melakukan genosida terhadap kaum muslimin telah diungkapkan  berbagai media. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Israel melancarkan perang genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari 45.200 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.


Kemampuan berbagai negeri didunia bahkan negeri kaum muslim sekalipun hanya dapat memberikan kecaman kepada Zionis Israel. Selain itu upaya yang dilakukan adalah menghitung jumlah warga Palestina yang syahid. Sebagaimana yang dinyatakan oleh PBB bahwa Setidaknya 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2023. 


Dan cukup PBB mengatakan sebagai berikut, "Membunuh anak-anak Palestina di Gaza tidak dapat dibenarkan. Mereka yang selamat pun terluka secara fisik dan emosional". Fakta yang begitu menyayat hati yang terjadi terhadap Pengungsi Palestina yang dinyatakan oleh UNRWA, Selasa, 24 Desember lalu, "setiap jam, satu anak tewas di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel", tak cukup mengetuk hati para pemimpin dunia (Berita satu.com, 2-1-2025). 


Keadaan pengungsi Gaza semakin memburuk karena cuaca dingin yang menyerang. Semua dari mereka harus merasakan dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang. Bayi-bayi yang terdapat di pengungsian yang tidak memiliki penghangat untuk melindungi mereka dari cuaca yang sangat dingin mengakibatkan bayi-bayi yang tidak berdosa itu menjadi korban.


Baca juga: 

PPN Tetap Naik, Suara Rakyat dalam  Petisi Penolakan Diabaikan


Bahkan dinyatakan oleh  Direktur Eksekutif UNICEF,  Catherine Russell,  pada laman CNN Indonesia, 2 Januari 2025,  bahwa tahun 2024 menjadi salah satu tahun terburuk yang pernah tercatat bagi anak-anak dalam sejarah UNICEF, baik dalam hal jumlah anak yang terkena dampak maupun tingkat dampaknya terhadap kehidupan mereka. 


Kejahatan perang yang dilakukan oleh Zionis Israel bukan hanya membunuh secara langsung namun juga secara perlahan yaitu dengan melenyapkan satu persatu rumah sakit yang ada di Gaza hampir tak bersisa. 


Sebagaimana yang dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan telah melumpuhkan "fasilitas kesehatan utama terakhir" di Jalur Gaza utara. (Republikan.com, 02-1-2025). Rumah sakit tempat para korban menjalani mengobatkan juga tidak luput dari serang Zionis. 


Fakta-fakta yang ada seolah mengatakan kepada kita sampai kapan Palestina harus berdarah?. Hingga saat ini tidak ada negara yang dapat memberikan aksi secara nyata. Selain hanya bantuan dan donasi yang sebenarnya belum bisa mengatasi akar masalah yang terjadi di Palestina. 


Merea saat ini butuh persatuan kaum muslimin untuk menyelamatkan mereka dari genosida. Namun bukannya negeri-negeri kaum muslimin bersatu, mereka malah mendukung solusi dua negara yang diajukan oleh PBB. Padahal solusi tersebut sudah jelas semakin membuat Zionis Israel dengan mudah menjajah Palestina. 

Baca juga: 

Judol Berkurang Dengan Riset, Kemana Akidah?


Berbalik pada peristiwa Nakba yang terjadi 75 tahun yang lalu. Hal tersebut merupakan buah dari solusi dua negara yang telah ditetapkan oleh barat. Solusi tersebut hanya menguntungkan bagi Zionis Israel dan merugikan kaum muslimin. Karena hingga saat ini, solusi dua negara tersebut tidak berhasil membebaskan Palestina dari penjajahan. Tetapi malah sebaliknya semakin memperburuk keadaan kaum muslimin di Palestina.


 Bagaimanapun keadaannya hukum internasional barat tidak akan memihak pada kaum muslimin meski bahasa yang mereka gunakan begitu halus untuk menipu kaum muslimin agar mau mengikuti mereka sebagaimana firman Allah yang artinya“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS Al-Baqarah 2 : 120).


Kaum muslimin harus menyadari bahwa Palestina membutuhkan lebih dari sekadar bantuan dana dan donasi. Mereka membutuhkan persatuan di bawah kepemimpinan tunggal, yaitu Khilafah Islamiyah. Ini memerlukan upaya nyata dari partai politik Islam ideologis untuk membangkitkan umat melalui pendidikan dan pembinaan berbasis tsaqafah Islam. Tujuannya adalah menciptakan pemimpin-pemimpin Islam yang berintegritas dan berwawasan politik Islam.

Baca juga: 

Retorika Pemimpin Dunia, Mustahil Membebaskan Palestina


Kebangkitan Islam dapat diwujudkan dengan Perjuangan tiada henti oleh para pejuangnya. Palestina menjadi salah satu alasan kuat untuk seluruh negeri-negeri Muslim harus bersatu dalam satu kepemimpinan. 


Sebagaimana yang dilakukan oleh dua sosok yang berhasil membebaskan tanah Baitul Maqdis yaitu Umar Bin Khattab dan Salahudin Al-Ayubi. Sejarah mencatat bahwa mereka dapat membebaskan Baitul Maqdis dalam satu kepemimpinan dan hukum Allah yang ditegakkan dalam kepemimpinan yang sedang mereka laksanakan. 


Maka sudah seharusnya generasi muda saat ini dibentuk dengan tsaqafah Islam sehingga dapat memahami berbagai aspek kehidupan dengan sudut pandang Islam. Salah satu aspek yang begitu penting yaitu pemahaman politik Islam yang akan membuat generasi muda kaum muslimin menuntut ditegakkannya Khilafah Islamiyah. Wallahualam bissawab. [ ry ].

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)