Cinta Ditolak, Dukun Pensiun

Goresan Pena Dakwah
0


 Ilustrasi cinta, sumber: pinterest


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


Beritakan.my.id, Cinta ditolak dukun bertindak itu dulu, kini cinta ditolak, dukun pensiun, sebab pencabut nyawanya bukan lagi dukun, melainkan yang merasa tersakiti dan kecewa. Masih hangat kasus penemuan mayat wanita dimutilasi dalam sebuah koper merah di daerah Ngawi, Jawa Timur. Pelaku memang sudah tertangkap, namun motif yang terungkap baru sekadar berawal dari cekcok sepasang suami istri.


Korban pembunuhan dan mutilasi adalah seorang perempuan berinisial UK (29), Penyidik Polda Jatim pun sudah menangkap pelakunya, yakni Rohmad Tri Hartanto alias Antok (32). Pelaku pembunuhan tak lain adalah suami siri korban, sebab masih memiliki istri sah.


Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Farman mengatakan atas perbuatannya, Antok dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana subsidair Pasal 338 KUHP subsidair Pasal 351 ayat 3 KUHP dan Pasal 365 ayat 3 KUHP. Pelaku terancam hukuman mati atau seumur hidup (CNN Indonesia.com, 27-1-2025).


Berbeda lagi yang terjadi di Lamongan, Kapolres Lamongan AKBP Bobby membenarkan adanya kasus penemuan mayat seorang wanita di sebuah warung kopi di Perumahan Made Great Residence, Lamongan, Jawa Timur, yang ternyata menjadi korban pembunuhan.


Korban adalah FPR (16), seorang pelajar SMK yang dibunuh oleh teman dekatnya sendiri, semua berawal karena cinta pelaku ditolak korban. Korban mengaku sudah memiliki pacar yang lain. Didorong oleh rasa sakit hati memicu amarah pelaku hingga akhirnya melakukan tindakan keji tersebut. Menyiksa korban hingga meninggal dunia dan meninggalkan begitu saja di warung hingga membusuk (kompas.com, 17-1-2025).

Baca juga: 

Kenaikan Pajak, Jalan Buntu Kesejahteraan Rakyat


Kasat Reskrim Polres Lamongan AKP Rizky Akbar Kurniadi menegaskan, bahwa pelaku dijerat dengan Pasal 80 Ayat 3 UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukuman maksimal untuk pelaku adalah 15 tahun penjara.


Sulitnya Mengelola Emosi, Bukti Lemahnya Generasi


Tak lagi butuh diskusi dan akal sehat, bahkan tak terpikir konsekwensi dari sebuah perbuatan, begitu mendapati masalah, solusinya hanya habisi nyawa. Habis persoalan. Dan cinta, terutama di kalangan pelajar seringkali memicu pertengkaran hingga menjadi motif pembunuhan. Cinta ditolak, cemburu, kecewa dan lainnya menjadi sesuatu yang lazim.


Kasusnya tak lagi satu atau dua, tapi setiap wilayah di negeri ini ada, entah di desa maupun di kota. Nyawa begitu murah, padahal kita hidup di antara manusia yang bahkan diciptakan Allah paling mulia di antara semua makhluk ciptaanNya. Sehingga ini bisa kita simpulkan sebagai dampak dari sistem aturan yang melingkupi kehidupan masyarakat hari ini.


Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, mulai dari lemahnya kontrol emosi, minimnya pendidikan moral, dan pengabaian terhadap kesehatan mental di kalangan remaja. Lingkungan sosial yang kurang mendukung juga berkontribusi memperburuk kondisi ini. Demikian juga media yang hari ini menjadi ‘guru’ generasi yang rendah literasi. Media seolah buta mata dan hati, telinga pun tersumpal batu tak lagi mengindahkan pentingnya edukasi. Berita yang mereka tayangkan hanya sekadar berita tanpa ada edukasi yang memadai mengapa satu kasus itu terjadi.


Wajar, sebab media pun sudah terkapitalisasi. Sehingga ketika seseorang mendapati persoalan, bukannya bisa mendapat hikmah dari tayangan media malah sebaliknya semakin tertekan dan tanpa disadari media memfasilitasi itu.


Berbagai kondisi yang melingkupi ini adalah buah dari kehidupan yang diatur dengan sistem sekuler kapitalisme. Dimana asas keduanya adalah menjauhkan sejauh mungkin agama dari kehidupan berkeluarga ,bermasyarakat hingga bernegara.

Baca juga: 

Sekularisme Akar dari Pergaulan Bebas


Sekulerisme membuat jauh dari agama adalah sebuah keniscayaan, setiap individu terutama seorang muslim menjadi lalai dengan halal dan haram. Di sisi lain, kapitalisme membuat ukuran kebahagiaan hanya dari materi atau terpenuhinya keinginan seseorang. Sehingga akhirnya tujuan dapat menghalalkan cara, demikian pula dengan manajemen emosi, alih-alih diingatkan untuk senantiasa bersyukur malah dilampiaskan sesuai dengan hawa nafsu.


Islam Wujudkan Generasi Bertakwa


Padahal, Allah SWT. Sebagai Tuhannya Alam semesta, dunia dan seisinya telah berfirman, “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (TQS Al-Maidah:32).


Artinya, Allah melarang seseorang membunuh tanpa bukti apakah orang ini pembunuh atau perusak alam ? Sebab pertanggungjawabannya sangatlah berat. Dari berbagai persoalan generasi jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif. Sistem ini adalah sistem Islam.


Islam menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia, atau dengan kata lain membentuk kepribadian Islam. Orangtua hari ini tak cukup mendapatkan bekal dalam menjalani perannya sebagai pendidik generasi dan keluarga pejuang syariah.


Islam juga memiliki aturan yang jelas terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Sistem sosial Islam akan menjaga pergaulan sesuai dengan tuntunan syara, yang hari ini dianggap lumrah, bahkan dijadikan komoditas perdagangan. Dari mulai makanan, minuman, gaya hidup, hobi, dan lainnya. Dengan aturan ini, hubungan remaja laki-laki dan perempuan diarahkan agar tetap dalam batas yang wajar, mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional.


Baca juga : 

Hanya Naikkan HPP, Rakyat Sejahtera?


Dengan dukungan penerapan syariat Islam dalam berbagai bidang lainnya, seperti media dan hukum, kasus tragis seperti ini dapat dicegah sejak akar permasalahannya. Pelaku pembunuhan hari ini hanya berakhir di penjara, sementara dalam Islam ada qisos, yang menjerakan. Pelajar dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal shalih, sehingga menjadi generasi hebat taat syariat dan paham ilmu yang dipelajari. Wallahualam bissawab. [ ry ].


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)