Oleh : Wiratmi Anitasari, S.Pd
Beritakan.my.id-Opini, Perayaan Natal dan Tahun Baru adalah agenda yang tidak terpisahkan, dirayakan oleh penganutnya. Kegiatan menyambut perayaannya juga sudah terlihat di berbagai instansi, pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat keramaian lainnya. Bahkan imbauan untuk menyambut dan mengamankan agenda ini sudah jauh-jauh hari disosialisasikan beberapa pejabat daerah ke masyarakat.
Walikota Surabaya Eri Cahyadi sangat menghimbau kepada masyarakat dan berbagai pihak untuk memastikan pengamanan di gereja-gereja dalam perayaan Natal dan Tahun Baru (jawapos.com, 13-12-2024).
Menteri Agama Republik Indonesia juga sangat menekankan pentingnya hubungan yang harmonis dalam keberagaman beragama. Bahkan ia mengatakan, keberagaman ini merupakan bagian penting yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia (jawapos.com, 15-12- 2024).
Dr.dr.Maulana MKM yang sangat mengharapkan acara natal dapat mempererat kerukunan dan menjaga toleransi beragama di Kota Jambi, hal ini ia katakan saat menghadiri perayaan Natal di Jambi yang dihadiri berbagai tokoh agama termasuk dirinya sendiri (rri.co.id, 11-12-2024).
Baca juga:
Judol Berkurang Dengan Riset, Kemana Akidah?
Hidup rukun dan damai memang menjadi dambaan setiap manusia. Beragamnya agama dan para pemeluknya tentu menginginkan hal yang sama, yaitu merasa aman dan nyaman dalam menjalankan ibadah dan kewajiban sesuai dengan perintah agamanya. Seruan toleransi yang sedang di gaung-gaungkan untuk menjaga keberagaman kehidupan beragama di negeri ini, yang dilakukan oleh para pejabat dan tokoh agama sudah sesuai dengan islam?
Negeri ini merupakan negeri yang sangat majemuk dengan latar belakang perbedaan suku, agama, ras , adat istiadat dan beraneka kebudayaan yang diyakini dan dijalankan penduduk negeri ini. Islam sangat menghormati keberagaman dan kerukunan masyarakat dalam kemajemukan. Hanya saja makna toleransi saat ini sudah sangat jauh dari pandangan Islam.
Islam bukan hanya sekedar agama yang mengatur ibadah seorang hamba kepada Allah SWT, namun juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia di dunia termasuk bagaimana harus bersikap dan menjaga hubungan kerukunan antar umat beragama. Sudah seharusnya seorang muslim menjadikan hukum syarak sebagai standar perbuatannya.
Baca juga:
Jual Beli Bayi Makin Marak, Buah Busuk Kepemimpinan Sekuler
Namun faktanya, saat ini kaum muslimin banyak terjebak dengan pemahaman toleransi yang cenderung kebablasan bahkan bertentangan dengan Islam. Justru malah tergelincir kepada pluralisme yang mempunyai anggapan semua agama sama dan benar.
Pada perayaan Natal dan Tahun Baru banyak dijumpai kaum muslimin yang bekerja di pusat-pusat perbelanjaan, instansi-instansi layanan umum dan juga kantor-kantor ikut bersuka cita merayakannya dan berkontribusi dengan memakai barang khas perayaan Natal dan Tahun Baru.
Pemahaman seperti ini tentu saja sangat berbahaya bagi seorang muslim. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Ali Imran:19 menyatakan bahwa agama yang paling benar disisi Allah adalah agama Islam.
Pemahaman kaum muslimin yang tidak sejalan dengan akidah Islam harus diluruskan. Jika dibiarkan akan berbahaya, karena aktifitas toleransi yang dilakukan kaum muslimin saat ini semakin jauh dari ajaran Islam. Mirisnya, Kaum muslimin tidak merasa berdosa dan bersalah dengan ikut merayakan bagian dari kebiasaan Natal dan Tahun Baru dengan dalih toleransi.
Islam merupakan agama yang sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada umat Rasulullah SAW. yang terperinci dalam Alquran dan Sunnah sebagai pegangan kaum muslimin dalam menjalankan seluruh aktifitasnya dan tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Kaum muslim harus mengakui bahwa hanya Islam agama yang paling benar dan yang bersumber dari selain Islam maka termasuk kekufuran.
Islam juga melarang kaum muslimin mengikuti ritual dan kebiasaan-kebiasaan dari selain Islam. Sebagaimana tercantum dalam HR Abu Daud dan Ahmad yang melarang kaum muslimin untuk menyerupai suatu kaum atau tasyabuh. Islam tidak memberikan toleransi kepada perkara-perkara yang sudah ditetapkan oleh dalil – dalil yang kuat.
Baca juga:
Toleransi Kebablasan Jelang Nataru (Natal dan Tahun Baru)
Islam membolehkan kaum muslim berinteraksi dengan orang kafir dalam perkara mubah, misalnya jual beli, kerjasama bisnis, interaksi dalam hal menuntut ilmu dan layanan kesehatan. Rasulullah dan para sahabat memberikan contoh betapa harmonisnya kehidupan kaum muslimin dengan orang-orang kafir dalam batas-batas yang diperbolehkan syarak. Bahkan orang kafir yang tunduk kepada Daulah Islam mendapatkan hak dan perlindungan yang sama seperti yang diterima kaum muslimin.
Kurang lebih 13 abad , Islam mampu memberikan kesejahteraan dan perlindungan seluruh warga baik muslim maupun non muslim dalam naungan khilafah. Mereka hidup rukun dan saling menghormati dalam menjalankan kebiasaan agamanya masing-masing. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Kaafirun:6 bahwa tidak boleh mancampur adukkan agama yang satu dengan agama yang lain.
Penyimpangan dan jauhnya pemahaman Islam ditengah-tengah kaum muslimin saat ini tidak aneh, karena sistem yang dijadikan standar pengaturan hidup umat saat ini bukan sistem Islam. Negeri-negeri Islam di dunia saat ini tidak ada satupun yang menerapkan Islam sebagai ideologi. Sistem sekulerlah yang diterapkan dimana agama tidak boleh dibawa-bawa dalam ranah pengaturan kehidupan manusia.
Kewajiban kaum muslimin untuk memahami agama bukan hanya dalam ranah ibadah, namun dalam segala aspek kehidupan sehingga tidak terjebak dalam memaknai toleransi yang kebablasan dan pluralisme yang sengaja dijadikan alat untuk menjauhkan kaum muslimin darip emahaman Islam.
Hanya dengan penerapan Islam dalam Daulah Islam, kaum muslimin terjaga dari upaya-upaya yang menjauhkan kaum muslimin dari agamanya. Wallahu a’am bissawab [ Beritakan/ry].