Generasi Rusak karena Sistem Kehidupan Rusak

Admin BeritaNusaIndo
0
Ilustrasi: Pembunuhan 
Sumber: iStock 

Oleh: Asma Dzatin Nithaqoin 

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Istilah yang cocok disematkan untuk generasi rusak yang dilahirkan oleh sistem kapitalisme sekuler yang rusak pula.

Dilansir dari Beritasatu.com (30/11), seorang remaja berusia 14 tahun membunuh ayah dan nenek serta menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di Jalan Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan.

Kapolsek Cilandak menyatakan bahwa ayah dan nenek pelaku ditemukan tewas dalam kondisi bersimbah darah di lantai dasar rumah. Sementara ibunya dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati dalam keadaan luka berat.

Potret generasi hari ini sudah sangat memprihatinkan. Mulai dari penggunaan narkotika hingga pembunuhan. Bahkan kasus pembunuhan sudah sering terjadi di lingkungan keluarga. Telah banyak kasus yang beredar di media sosial, anak membunuh ibu, seorang ayah yang membunuh anaknya, ibu membunuh anak, suami membunuh istri, istri membunuh suami, dan lebih parahnya lagi yang terbaru ini seorang anak di bawah umur membunuh satu keluarga dan itu adalah orang tuanya sendiri. 

Kasus anak membunuh orang tua bukanlah kali pertama. Namun merupakan fenomena yang terus terjadi. Karena persoalan tersebut merupakan persoalan sistemik. Dari kasus tersebut tentu ada hukuman yang harus diterima. Sementara hukuman yang diberikan tidak sesuai dengan beratnya kejahatan yang telah dilakukan. Lebih-lebih jika pelakunya di bawah umur maka hukum akan bersembunyi di balik kata perlindungan anak. Sehingga hukuman yang ditetapkan tidak memberi efek jera bagi pelaku. 

Berbagai kerusakan termasuk kerusakan generasi akibat penerapan sistem hari ini telah merusak fitrah manusia. Termasuk mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan. 

Kondisi ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya sebagai pengurus urusan rakyat. Negara hanya sebatas regulator dan fasilitator. Salah satunya bisa dilihat dalam sistem pendidikan yang menjadikan visi pendidikan sebagai ladang bisnis. 

Penerapan sistem pendidikan yang berlandaskan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) membuat generasi berbuat semaunya (liberal). Menghasilkan generasi yang rapuh, yang rusak mentalnya. 

Berbeda dengan sistem Islam. Sistem Islam menjadikan pemimpin sebagai pengurus (raa’in), yang akan bertanggung jawab penuh atas rakyatnya termasuk dalam membangun generasi cemerlang dan berkualitas. Islam menjadikan visi pendidikan untuk mencetak generasi yang akan membangun peradaban. 

Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan Islam. Sistem kehidupan Islam diatur dari bangun tidur sampai bangun negara, serta penerapan hukumnya pun harus sesuai dengan hukum syara' (hukum Islam). Sehingga menghasilkan masyarakat yang berkepribadian Islam. 

Kepemimpinan dalam sistem Islam mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam sehingga menghasilkan generasi yang beriman dan bertakwa, yang segala perbuatannya mengikuti hukum syara, menguasai iptek serta berjiwa pemimpin.

Sejarah panjang penerapan Islam yaitu selama 1400 tahun dengan menguasai 2/3 dunia, tentu telah membuktikan dengan lahirnya banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama dan optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. 

Seperti halnya Ibnu Sina sang ahli ilmu kedokteran, ibnu Batutah sang penemu peta, Ibn Al-haytham sang ahli matematika dan penemu lensa optik bernama Al-Khawarizmi, penemu aljabar dan masih banyak ilmuwan lainnya. Hal ini sebagai bukti kesuksesan sistem pendidikan dalam Islam yang mampu mencetak generasi cerdas dan berkepribadian Islam.

Wallahu a'lam.


_Editor : Vindy Maramis_

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)