Buramnya Pendidikan Nasional

Admin Beritanusaindo
0

 

Ilustrasi gambar: Sindonews


Fenomena ini, hanyalah bagian kecil dari buramnya potret pendidikan di negeri ini yang berasaskan kapitalisme sekuler. 

Oleh Anita Karolina

Ibu Rumah Tangga



Beritanusaindo.my.id - OPINI - Seorang remaja laki-laki melompat dari gedung parkir sepeda motor Metropolitan Mall, Bekasi. Remaja itu mengenakan kemeja dan celana panjang putih tanpa disertai bet di kantong kemeja. Ia tidak membawa identitas diri. Satu-satunya petunjuk hanyalah lambang ikat pinggang yang menunjukkan bahwa ia diduga merupakan siswa SMP (Kompas.id, 23/10/2024)


Ini salah satu contoh kasus bunuh diri remaja/pelajar yang belum lama terjadi. Selebihnya, sungguh miris melihat data peningkatan angka bunuh diri di kalangan pelajar. Dalam kurun waktu 11 tahun terakhir (2012-2023) tercatat ada 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia. Sebanyak 985 kasus (atau 46,63 persen) di antaranya dilakukan oleh remaja. Masalah kesehatan mental adalah penyebab utamanya. Dari survei yang sama, terungkap satu dari 20 remaja atau 5,5 persen remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental. 


Ada yang lebih ironis lagi di negeri ini, yakni ketika profesi guru tidak mendapatkan kedudukan yang mulia. Faktanya, saat ini banyak pelajar dengan emosi tak terkendali berani melawan guru dan bahkan mencelakai guru. Banyak pula kasus guru yang dikriminalisasi saat memberikan teguran dan sanksi bagi peserta didik yang melanggar disiplin. 


Fenomena ini, hanyalah bagian kecil dari buramnya potret pendidikan di negeri ini. Fenomena ini ditandai oleh meningkatnya jumlah bunuh diri pelajar serta kriminalisasi guru, menunjukkan sistem pendidikan yang kehilangan ruh. Di satu sisi para guru merasa tak dihargai sebagai guru. Di sisi lain para pelajar kehilangan jatidirinya sehingga tak mampu memahami apa sesungguhnya tujuan hidup mereka. Hal ini bermuara pada sistem pendidikan sekuler yang diterapkan selama ini, yang abai terhadap pentingnya keimanan dan ketakwaan sebagai output pendidikan.


Pendidikan merupakan persoalan vital dan strategis bagi negara. Rusaknya pendidikan akan berpengaruh terhadap rusaknya suatu negara. Inilah yang terjadi ketika yang diberlakukan adalah sistem pendidikan sekuler yang menihilkan peran agama (Islam). Tentu negeri ini terancam bahaya jika pendidikannya didasarkan pada sekularisme yang hanya memandang kemajuan dengan ukuran duniawi. Sudah semestinya negeri mayoritas Muslim ini menerapkan sistem pendidikan Islam yang mengutamakan pembentukan kepribadian islami peserta didik serta mewujudkan peradaban maju dan mulia. 


Saat ideologi Islam diterapkan oleh negara Islam, tidak kurang dari 1300 tahun lamanya peradaban Islam menjadi peradaban unggul yang memayungi dunia yang diliputi dengan aneka kemajuan, termasuk di bidang pendidikan. Kemajuan pendidikan pada masa keemasan peradaban Islam bahkan telah terbukti menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa lainnya. Hal tersebut, antara lain, diungkapkan oleh Tim Wallace-Murphy (WM) yang menerbitkan buku berjudul What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization. (London: Watkins Publishing, 2006).


Buku WM tersebut memaparkan fakta tentang transfer ilmu pengetahuan dari Dunia Islam ke Barat pada Abad Pertengahan. Disebutkan pula bahwa Barat telah berutang pada Islam dalam hal pendidikan dan sains. Utang tersebut tidak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun. 


Keunggulan sistem pendidikan Islam adalah fakta sejarah. Ini karena di dalam Islam meraih ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, laki-laki dan perempuan. Orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi di sisi Allah Swt. sebagaimana firman-Nya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat." (TQS al-Mujadilah [58]: 11).


Dengan ilmu, seseorang dapat mempelajari manusia, alam semesta dan kehidupan. Dengan itu ia akan semakin dekat kepada Pencipta, Allah Swt. Ia pun dapat memanfaatkan ilmunya secara efektif untuk memberikan kemaslahatan bagi umat manusia di berbagai bidang seperti pertanian, teknik, kedokteran, farmasi dan astronomi. Karena itulah pendidikan menjadi salah satu perhatian utama para penguasa Muslim sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam.


Pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah mencerdaskan akal dan membentuk jiwa islami. Dengan itu terbentuk sosok pribadi Muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan. Rasulullah saw. pun mendidik kaum Muslim di Makkah dan Madinah dengan tujuan membentuk pribadi Muslim seutuhnya, yang tercermin dalam pola pikir islami dan pola sikap islami mereka.


Adapun pembentukan pola sikap peserta didik berkaitan dengan perilakunya yang sesuai dengan syariah Islam pada semua aspek kehidupan peserta didik. Pola pikir islami mengindikasikan kecerdasan peserta didik, yakni kesadaran akan keterikatan kepada Allah (idrâk shilah bilLâh). Adapun pola sikap islami berkaitan dengan adab dan akhlak terpuji.


Keterikatan seorang pelajar dengan Allah Swt. akan menumbuhkan keimanan dan ketakwaan. Dengan itu dia, akan menyadari bahwa bunuh diri adalah perbuatan haram yang wajib ditinggalkan. Dalam menghadapi kesulitan hidup, seorang pelajar yang memiliki kepribadian islami akan bersikap sabar, berdoa dan mencari solusi dengan cara yang baik. Kemudian para pelajar juga akan memuliakan guru-gurunya. Karena dalam Islam, ilmu menempati kedudukan amat mulia. Karena itu ilmu harus dimuliakan. Cara terpenting memuliakan ilmu adalah dengan memuliakan para pengajar. 


Karena itu aqidah Islam harus menjadi asas yang mendasar bagi kehidupan seorang Muslim, Aqidah Islam pun tentu harus menjadi asas bagi sistem pendidikan di tengah-tengah masyarakat. Sistem pendidikan yang berasaskan aqidah Islam tidak mungkin bisa diterapkan dalam negara sekuler. Ia hanya mungkin diterapkan di dalam negara yang juga berlandaskan akidah Islam, yakni Khilafah Islam. Dengan asas aqidah Islam itulah disusun kurikulum pendidikan. Sehingga akan lahir output pendidikan terbaik, lahirnya generasi emas yang berakhlak mulia.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Rens]


Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)