Ummu Bisyarah
Pegiat Literasi
Bertanusaindo.my.id- OPINI - Brain Rot menjadi word of the year versi Oxford University setelah dilakukan pengambilan suara kepada 36 ribu responden. Brain Rot yang bermakna "pembusukan otak" adalah frasa yang bermakna merosotnya mental atau intelektual yang diduga akibat berlebihan mengonsumsi konten singkat tidak bermutu dan minim ilmu. Singkatnya akibat scrolling sosmed berlebihan yang mengakibatkan melemahnya daya fokus dan intelektualitas manusia.
Tak dipungkiri bahwa gadget menjadi pusat hidup banyak orang dari berbagai kalangan. Bahkan tak sedikit juga yang menyebabkan efek kecanduan. Hal ini senada dengan survey yang dilakukan oleh jenama gawai POCO dengan perusahaan data YouGo yang menunjukkan bahwa gen z rata-rata menghabiskan 12 jam untuk bermain gadget. Dimana 81% nya mereka gunakan untuk menonton video singkat dari sosmed. (antaranews.com 31/08)
Kita tahu bahwa video tiktok, reels IG atau shorts YouTube hanya berdurasi pendek. Menurut Statista, pada tahun 2024 rerata lama video yang ada tiktok adalah 35 detik. Bisa dibayangkan dengan durasi yang singkat tersebut jika ingin mengulas konten yang berkualitas dan padat ilmu tidaklah memungkinkan. Maka bukan rahasia umum lagi bahwa mayoritas konten di video singkat ini hanya konten tidak berfaedah dan minim ilmu, semisal konten joget-joget, konten flexing, konten challenge, potongan-potongan komedi dan lainnya. Parahny,a rata-rata orang menonton minimal 100 video per hari. Maka tak heran jika pembusukan otak terjadi pada generasi penerus negri ini.
Brain Rot memang menjadi momok bagi kita bersama. Kita dan anak-anak sangat berpotensi mengalami pembusukan otak ini. Dampak ketragisannya bahkan sudah terlihat bagaimana kemerosotan minat belajar dan intelektualitas generasi saat ini. UNESCO pada 2022 mencatat bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,0001 persen, sedangkan tingkat literasinya berada di peringkat 10 besar terbawah. Berada di peringkat 62 dari 70 negara, sungguh miris! Tak hanya itu sempat viral juga di media sosial ada puluhan siswa SMP di Pangandaran yang tidak bisa membaca dan menulis. Bahkan ada pula konten dari seorang guru SMA yang menunjukkan siswa SMA tidak bisa perkalian dan pembagian (detik.com 23/08/2023)
Ancaman besar sedang mengancam generasi. Generasi muda yang harusnya menjadi agen perubahan dan membicarakan kebangkitan, justru malah sibuk rebahan dengan hp di tangan melihat konten media sosial tanpa henti dengan jarinya yang bergerak sendiri bak auto pilot. Hal ini karena negara pun tak memiliki filter yang jelas dalam membatasi konsumsi sosial media rakyatnya. Negara dengan sistem kapitalisme ya justru memupuk subur kebiasaan ini hingga busuklah otak rakyatnya.
Tak sadarkah bahwa ini adalah agenda kapitalisme global dengan neoimpralisme mereka. Bukan rahasia umum bahwa suatu penjajahan pasti berusaha meniscayakan negara jajahannya menjadi "bodoh". Karena dengan kebodohan mereka akan mudah untuk disetir dengan kebijakan-kebijakan yang justru merugikan mereka dan menjarah kekayaan alam mereka. Bukan rahasia umum pula bahwa negri ini sedang dijajah, alih-alih melayani rakyat, para pemimpin negri justru sibuk melayani para oligarki. Tambang-tambang dan kekayaan alam dijarah oleh oligarki dengan seperangkat aturan yang dibuat oleh para pemimpin boneka dengan dalih investasi. Sedang rakyat diperas keringatnya dengan pajak yang semakin hari semakin melambung tinggi. Inilah yang dinamakan penjajahan gaya baru.
Kebangkitan ada di tangan kita, apakan kita akan membusuk dengan opini-opini penjajah yang merusak kita, ataukan kita bangkit membicarakan kebangkitan dengan menerapkan sistem buatan pencipta manusia. Karena Allah berfirman dalam surat Ar-ra'd ayat 11 yang artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka."
Penerapan sistem Islam terbukti mencetak generasi unggul berkepribadian Islam yang penuh inovasi. Dimasa Rosulullah, rosul berhasil mencetak generasi-generasi unggul berkepribadian Islam yang hingga kini menjadi suri tauladan sepanjang masa. Beliau mengubah mereka dari kejahiliyahan mereka menjadi para pemikir kritis dan politikus ulung. Sebut saja Mus'ab bin Umair seorang diplomat ulung yang berhasil menyatukan 2 bangsa. Atau Umar bin Khattab seorang pemimpin yang adil dan dicintai rakyatnya. Usamah bin Zaid seorang pemuda ahli strategi perang, dan banyak contoh lain.
Di era kekhilafahan setelah Rasulullah penerapan Islam juga menorehkan sejarah para pemuda yang gemilang. Di era kekhilafahan Abbasiyah banyak para pholymath terbentuk yang hingga kini ilmu mereka menjadi peletak dasar ilmu-ilmu modern. Sebut saja Abbas Ibnu Firnas peletak dasar konsep pesawat terbang, Muhammad Al-Khawarizmi peletak dasar Aljabar, atau Ibnu Sina yang hingga kini dijadikan rujukan ilmu kedokteran dll. Bahkan sejarang mencatat di Baghdad hampir semua rakyatnya adalah para intelektual (Buku Sumbangan Peradaban Islam untuk Dunia).
Hal ini tidak lain adalah karena penerapan Islam itu sendiri. Dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seluruh muslim. Sehingga dengan penanaman aqidah yang kuat maka rakyat akan menjadi pribadi yang haus akan ilmu. Hal ini didukung oleh negara yang diwajibkan oleh Syarak untuk memberikan pendidikan secara gratis dengan fasilitas terbaik. Maka siapa yang tak ingin menuntut ilmu jika sistem kehidupannya begitu mempermudah?
Dengan sistem Islam yang sahih maka brain root akan sangat diminimalisir. Maka tak heran jika sejarang penerapan Islam dapat membentuk para pemuda unggul berkepribadian Islam. MasyaAllah.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab. [Rens]
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.